Setiap tanggal 1 Oktober kita memperingati hari Kesaktian
Pancasila. Sudah 45 tahun revolusi berdarah tanggal 30 September 1965 yang
dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Kudeta berdarah yang dilakukan
oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) ini menelan enam Jenderal TNI AD dan dua
Perwira.
Tujuan kudeta tersebut adalah merebut pemerintahan yang sah
dan mengganti ideologi Pancasila dengan komunisme-sosialisme. Tetapi Tuhan
berkehendak lain, sehingga revolusi berdarah ini mengalami kegagalan dan
Pancasila masih tegak kuat menjadi dasar negara dan dasar sumber hukum bangsa
Indonesia.
Setelah 45 tahun, saatnya kita menggali kembali makna hari
Kesaktian Pancasila ini agar bangsa Indonesia bisa belajar dari sejarah kelam
dan bisa bangkit dari krisis multidimensi. Peristiwa ini adalah puncak dari
kerapuhan pemerintah Orde Lama di bawah kendali Presiden Soekarno, yang
kemudian dilengserkan oleh MPRS pada tahun 1967.
Pada awal berdirinya pemerintahan Orde Baru, di bawah
kendali Presiden Soeharto, secara bulat dan meyakinkan tertulis di dalam
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) akan melaksanakan nilai-nilai Pancasila
secara murni dan konsukuen. Dasar negara Pancasila dijadikan sebagai landasan
ideal dan hukum Rencana Program Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dan panjang.
Sehingga pemerintah Orde Baru memproklamirkan dan mensosialisasikan program
Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila (P4).
Setelah pemerintahan Orde Baru berlangsung selama 32 tahun,
ternyata Pancasila justru menjadi “alat politik” pemerintahan Orde Baru untuk
melanggengkan kekuasaan. Dan, slogan keberhasilan pembangunan ekonomi ternyata
justru hanya melahirkan kesenjangan sosial, krisis ekonomi, krisis kepercayaan,
krisis politik, dan utang luar negeri yang membengkak.
Akhirnya, Orde baru pun digulingkan oleh gerakan moral
(moral forces) mahasiswa tahun 1998 yang melahirkan Orde Reformasi.
Melalui hari Kesaktian Pancasila sekarang ini, kita mencoba
untuk menggali kembali makna mendalam Pancasila sebagai ideologi bangsa, dasar
hukum, dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk ditanamkan dalam diri anak
didik kita. Sehingga, anak didik kita kelak menjadi generasi bangsa yang
mempunyai wawasan kebangsaan dan nasionalisme supaya tidak terjebak pada
tindakan menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan seperti PKI. Hari
Kesaktian Pancasila bukan dalam arti mitologi, bahwa karena kesaktiannya
Pancasila mampu menggagalkan rencana PKI untuk menggantikannya dengan ideologi
komunis.
Mari kita memaknai kembali hari Kesaktian Pancasila sebagai
wahana pendidikan bagi anak didik kita untuk melaksanakan nilai-nilai Pancasila
secara murni dan konsukuen dengan semangat belajar dan prestasi. Sesuai dengan
kondisi bangsa Indonesia yang sedang berjuang keluar dari krisis multidimensi
dan perkembangan globalisasi, maka memaknai hari Kesaktian Pancasila haruslah
kontekstual. Ada tiga prinsip yang harus ditanamkan pada anak didik kita sejak
dini menurut Presiden Soekarno yang sering disebut dengan Trisakti.
Pertama adalah sakti dalam berbudaya dan berkepribadian.
Artinya pendidikan yang kita ajarkan sejak Sekolah Dasar haruslah berdasarkan
kepada nilai-nilai Pancasila yang lahir dari khasanah budaya bangsa Indonesia.
Kepribadian dan budaya Indonesia yang luhur akan melahirkan anak didik yang
mempunyai kebanggaan nasional, cinta tanah air, semangat persatuan dalam
pembangunan, dan harga diri sebagai bangsa Indonesia.
Kedua, sakti dalam bidang ekonomi yaitu berdiri di atas kaki
sendiri (berdikari). Bangsa Indonesia harus keluar dari ketergantungan kepada
negara lain dalam bidang ekonomi. Anak-anak Indonesia harus belajar ekonomi
Pancasila yang didasarkan pada kemandirian, kekeluargaan, dan koperasi sebagai
soko guru perekonomian nasional. Dengan menerapkan ekonomi Pancasila, maka
diharapkan tidak ada eksploitasi terhadap sumber daya alam, penumpukan kekayaan
pada segolongan orang, dan kesenjangan sosial. Sebab sesuai dengan amanat UUD
1945 pasal 33 bahwa kekayaan alam Indonesia digunakan untuk kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat Indonesia.
Ketiga, sakti dalam berdaulat dan menjaga keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Indonesia telah kehilangan Provinsi Timor
Timur, pulau Sipadan dan Ligitan, sekarang Indonesia sedang menghadapi
persoalan perbatasan wilayah dengan Malaysia. Oleh karena itu seluruh rakyat
Indonesia harus berjuang bersama-sama mempertahankan kedaulatan wilayahnya dari
rongrongan negara lain. Sebab, kedaulatan wilayah Indonesia adalah sumber kekayaan
alam sekaligus simbol harga diri sebagai bangsa yang besar.
Dengan menggali kembali makna Kesaktian Pancasila melalui
semangat dan jiwa Trisakti yang kita tanamkan dalam pendidikan kepada anak
didik kita, maka bangsa Indonesia akan keluar dari krisis multidimensi. Dan,
Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, dan sumber dari segala sumber hukum
akan tetap tegak berdiri dan lestari.
Sumber : http://disdik.kepriprov.go.id/makalah-a-artikel/762-memaknai-kesaktian-pancasila
Tidak ada komentar:
Posting Komentar