Salah
satu tokoh panutan dan menjadi kebanggaan bagi banyak orang di Indonesia dan
juga Presiden ketiga Republik Indonesia, dialah Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc.
Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada
tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara,
pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie
yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai
dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Masa kecil Habibie dilalui
bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas
berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie
yang punya kegemaran menunggang kuda dan membaca ini dikenal sangat cerdas
ketika masih menduduki sekolah dasar, namun ia harus kehilangan bapaknya yang
meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung saat ia
sedang shalat Isya.
Tak lama
setelah ayahnya meninggal, Ibunya kemudian menjual rumah dan kendaraannya dan
pindah ke Bandung bersama Habibie, sepeninggal ayahnya, ibunya membanting
tulang membiayai kehidupan anak-anaknya terutama Habibie, karena kemauan untuk
belajar Habibie kemudian menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di
SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam
pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.
Karena
kecerdasannya, Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB
(Institut Teknologi Bandung), Ia tidak sampai selesai disana karena beliau
mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan
kuliahnya di Jerman, karena mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya Dirgantara
dan penerbangan bagi Indonesia maka ia memilih jurusan Teknik Penerbangan
dengan spesialisasi Konstruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule
(RWTH) Ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad untuk sunguh-sungguh dirantau
dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan
kehidupannya sehari-hari. Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955 di Aachean,
99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberikan beasiswa penuh. Hanya
beliaulah yang memiliki paspor hijau atau swasta dari pada teman-temannya yang
lain. Musim liburan bukan liburan bagi beliau justru kesempatan emas yang harus
diisi dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku. Sehabis masa libur,
semua kegiatan disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan teman-temannya yang
lain, mereka; lebih banyak menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja,
mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti ujian.
Beliau
mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960
dengan predikat Cumlaude (Sempurna) dengan nilai rata-rata 9,5, Dengan gelar
insinyur, beliau mendaftar diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industri
kereta api Jerman. Pada saat itu Firma Talbot membutuhkan sebuah wagon yang
bervolume besar untuk mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya
besar. Talbot membutuhkan 1000 wagon. Mendapat persoalan seperti itu, Habibie
mencoba mengaplikasikan cara-cara kontruksi membuat sayap pesawat terbang yang
ia terapkan pada wagon dan akhirnya berhasil.
Setelah
itu beliau kemudian melanjutkan studinya untuk gelar Doktor di Technische
Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean kemudian Habibie menikah
pada tahun 1962 dengan Hasri Ainun Habibie yang kemudian diboyong ke Jerman,
hidupnya makin keras, di pagi-pagi sekali Habibie terkadang harus berjalan kaki
cepat ke tempat kerjanya yang jauh untuk menghemat kebutuhan hidupnya kemudian
pulang pada malam hari dan belajar untuk kuliahnya, Istrinya Nyonya Hasri Ainun
Habibie harus mengantri di tempat pencucian umum untuk mencuci baju untuk
menghemat kebutuhan hidup keluarga. Pada tahun 1965 Habibie mendapatkan gelar
Dr. Ingenieur dengan penilaian summa cumlaude (Sangat sempurna) dengan nilai
rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen
Aachean.
Rumus
yang di temukan oleh Habibie dinamai "Faktor Habibie" karena bisa
menghitung keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom
pesawat terbang sehingga ia di juluki sebagai "Mr. Crack". Pada tahun
1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.
dari tempat yang sama tahun 1965. Kejeniusan dan prestasi inilah yang
mengantarkan Habibie diakui lembaga internasional di antaranya, Gesselschaft
fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The
Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of
Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l'Air et de l'Espace
(Prancis) dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat). Sementara itu penghargaan
bergensi yang pernah diraih Habibie di antaranya, Edward Warner Award dan Award
von Karman yang hampir setara dengan Hadiah Nobel. Di dalam negeri, Habibie
mendapat penghargaan tertinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ganesha
Praja Manggala Bhakti Kencana.
Langkah-langkah
Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit
pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi
Theodore van Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu
menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah
hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat
Summa Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh
Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke
Indonesia.
Di
Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT,
memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil
Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI
menggantikan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia ke 3. Soeharto
menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945.
Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang
memilih merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun
kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman.
Saya
bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 juta Dollar dan N250 akan menjadi
pesawat yang terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier, Dornier, Embraer dll
dan kita tak perlu tergantung dengan negara manapun. Tapi keputusan telah
diambil dan para karyawan IPTN yang berjumlah 16 ribu harus mengais rejeki di
negeri orang dan gilanya lagi kita yang beli pesawat negara mereka!
Pada
tanggal 22 Mei 2010, Hasri Ainun Habibie, istri BJ Habibie, meninggal di Rumah
Sakit Ludwig Maximilians Universitat, Klinikum, Muenchen, Jerman. Ia meninggal
pada hari Sabtu pukul 17.30 waktu setempat atau 22.30 WIB. Kepastian
meninggalnya Hasri Ainun dari kepastian Ali Mochtar Ngabalin, mantan anggota
DPR yang ditunjuk menjadi wakil keluarga BJ Habibie. Ini menjadi duka yang amat
mendalam bagi Mantan Presiden Habibie dan Rakyat Indonesia yang merasa
kehilangan. Bagi Habibie, Ainun adalah segalanya. Ainun adalah mata untuk
melihat hidupnya. Bagi Ainun, Habibie adalah segalanya, pengisi kasih dalam
hidupnya. Namun setiap kisah mempunyai akhir, setiap mimpi mempunyai batas.
"Selama
48 tahun saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, .......ibu Ainun istri
saya. Ia ikuti kemana saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar.
Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas
dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya............saya mau kasih
informasi........... Saya ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3
hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar
dari ibu........." Papar BJ Habibie.
Pada
Awal desember 2012, sebuah film yang berjudul "Habibie dan Ainun"
diluncurkan, film ini Mengangkat kisah nyata tentang romantisme kedua saat
remaja hingga menjadi suami istri dan saat ajal memisahkan mereka. Film yang
diambil dari buku terlaris karya BJ Habibie, Film ini di garap oleh dua sutradara
yaitu Faozan Rizal dan Hanung Bramantyo, dengan pemeran Reza Rahardian sebagai
Habibie dan Bunga Citra Lestari sebagai Ainun Habibie.
Pidato
BJ Habibie ketika berkunjung Ke Garuda Indonesia
Dik,
anda tahu, saya ini lulus SMA tahun 1954!” beliau membuka pembicaraan dengan
gayanya yang khas penuh semangat dan memanggil semua hadirin dengan kata “Dik”
kemudian secara lancar beliau melanjutkan “Presiden Soekarno, Bapak Proklamator
RI, orator paling unggul, itu sebenarnya memiliki visi yang luar biasa
cemerlang! Ia adalah Penyambung Lidah Rakyat! Ia tahu persis sebagai
Insinyur,
Indonesia dengan geografis ribuan pulau, memerlukan penguasaan Teknologi yang
berwawasan nasional yakni Teknologi Maritim dan Teknologi Dirgantara. Kala itu,
tak ada ITB dan tak ada UI. Para pelajar SMA unggulan berbondong-bondong
disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke luar negeri untuk menimba ilmu teknologi
Maritim dan teknologi dirgantara. Saya adalah rombongan kedua diantara ratusan
pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai negara. Pendidikan kami di
luar negeri itu bukan pendidikan kursus kilat tapi sekolah bertahun-tahun
sambil bekerja praktek. Sejak awal saya hanya tertarik dengan ‘how to build
commercial aircraft’ bagi Indonesia. Jadi sebenarnya Pak Soeharto, Presiden RI
kedua hanya melanjutkan saja program itu, beliau juga bukan pencetus ide
penerapan ‘teknologi’ berwawasan nasional di Indonesia. Lantas kita bangun
perusahaan-perusahaan strategis, ada PT PAL dan salah satunya adalah IPTN.
Sekarang
Dik, anda semua lihat sendiri, N250 itu bukan pesawat asal-asalan dibikin!
Pesawat itu sudah terbang tanpa mengalami ‘Dutch Roll’ (istilah penerbangan
untuk pesawat yang ‘oleng’) berlebihan, tenologi pesawat itu sangat canggih dan
dipersiapkan untuk 30 tahun kedepan, diperlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi
desain awal, satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan
teknologi ‘Fly by Wire’ bahkan sampai hari ini. Rakyat dan negara kita ini
membutuhkan itu! Pesawat itu sudah terbang 900 jam (saya lupa persisnya 900
atau 1900 jam) dan selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA. IPTN membangun
khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar negara-negara
itu.Namun, orang Indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan mengejek diri
sendiri ‘apa mungkin orang Indonesia bikin pesawat terbang?
Tiba-tiba,
Presiden memutuskan agar IPTN ditutup dan begitu pula dengan industri strategis
lainnya.
Dik tahu
di dunia ini hanya 3 negara yang menutup industri strategisnya, satu Jerman
karena trauma dengan Nazi, lalu Cina (?) dan Indonesia. Sekarang, semua tenaga
ahli teknologi Indonesia terpaksa diusir dari negeri sendiri dan mereka
bertebaran di berbagai negara, khususnya pabrik pesawat di Bazil, Canada,
Amerika dan Eropa.
Hati
siapa yang tidak sakit menyaksikan itu semua?
Saya
bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 juta Dollar dan N250 akan menjadi
pesawat yang terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier, Dornier, Embraer dll
dan kita tak perlu tergantung dengan negara manapun. Tapi keputusan telah
diambil dan para karyawan IPTN yang berjumlah 16 ribu harus mengais rejeki di
negeri orang dan gilanya lagi kita yang beli pesawat negara mereka!
Pak
Habibie menghela nafas, Pak Habibie melanjutkan pembicaraannya....
Hal yang
sama terjadi pada prototipe pesawat jet twin engines narrow body, itu saya
tunjuk Ilham sebagai Kepala Proyek N2130. Ia bukan karena anak Habibie, tapi
Ilham ini memang sekolah khusus mengenai manufakturing pesawat terbang, kalau
saya sebenarnya hanya ahli dalam bidang metalurgi pesawat terbang. Kalau saja
N2130 diteruskan, kita semua tak perlu tergantung dari Boeing dan Airbus untuk
membangun jembatan udara di Indonesia.
Dik,
dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu QCD,
− Q itu
Quality, Dik, anda harus buat segala sesuatunya berkualitas tinggi dan
konsisten− C itu Cost, Dik, tekan harga serendah mungkin agar mampu bersaing
dengan produsen sejenis− D itu Delivery, biasakan semua produksi dan outcome
berkualitas tinggi dengan biaya paling efisien dan disampaikan tepat waktu!Itu
saja!
Pak
Habibie melanjutkan penjelasan tentang QCD sbb:
Kalau
saya upamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya juga 1 lantas D nilainya 1 pula,
jika dijumlah maka menjadi 3. Tapi cara kerja QCD tidak begitu Dik, organisasi
itu bekerja saling sinergi sehingga yang namanya QCD itu bisa menjadi 300 atau
3000 atau bahkan 30.000 sangat tergantung bagaimana anda semua mengerjakannya,
bekerjanya harus pakai hati Dik”
Tiba-tiba,
pak Habibie seperti merenung sejenak mengingat-ingat sesuatu...
Dik,
saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya ditunjuk menjadi
Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya menjadi Presiden RI,
itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya tidak pernah
dipisahkan dengan Ainun, ibu Ainun istri saya. Ia ikuti kemana saja saya pergi
dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar. Dik, kalian barangkali sudah biasa
hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas dan istri di rumah, tapi tidak
dengan saya. Gini ya, saya mau kasih informasi...... Saya ini baru tahu bahwa
ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-tanda
dan tak pernah ada keluhan keluar dari ibu.
Pak
Habibie menghela nafas panjang dan tampak sekali ia sangat emosional serta
mengalami luka hati yang mendalam, seisi ruangan hening dan turut serta larut
dalam emosi kepedihan pak Habibie, apalagi aku tanpa terasa air mata mulai
menggenang.
Dengan
suara bergetar dan setengah terisak pak Habibie melanjutkan...
Dik,
kalian tau, 2 minggu setelah ditinggalkan ibu, suatu hari, saya pakai piyama
tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir di ruang keluarga sendirian sambil
memanggil-manggil nama ibu... Ainun.... Ainun ........ Ainun ........saya
mencari ibu di semua sudut rumah.
Para
dokter yang melihat perkembangan saya sepeninggal ibu berpendapat ‘Habibie bisa
mati dalam waktu 3 bulan jika terus begini...’ mereka bilang ‘Kita (para
dokter) harus tolong Habibie.
Para
Dokter dari Jerman dan Indonesia berkumpul lalu saya diberinya 3 pilihan;
1.
Pertama, saya harus dirawat, diberi obat khusus sampai saya dapat mandiri
meneruskan hidup. Artinya saya ini gila dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa!
2. Opsi kedua, para dokter akan mengunjungi saya di rumah, saya harus berkonsultasi
terus-menerus dengan mereka dan saya harus mengkonsumsi obat khusus. Sama saja,
artinya saya sudah gila dan harus diawasi terus... 3. Opsi ketiga, saya disuruh
mereka untuk menuliskan apa saja mengenai Ainun, anggaplah saya bercerita
dengan Ainun seolah ibu masih hidup.
Saya
pilih opsi yang ketiga...
*(dari
tayangan program di stasiun televisi 27 Januari 2012, P.Habibie bercerita,
ternyata ada 4 opsi,bukan 3, dimana opsi yang belum tersebut di atas adalah,
P.Habibie diminta bercerita tentang apa saja tentang bu Ainun kepada dokter,
hampir sama dengan opsi 2)
Tiba-tiba,
pak Habibie seperti teringat sesuatu (kita yang biasa mendengarkan beliau juga
pasti maklum bahwa gaya bicara pak Habibie seperti meloncat kesana-kemari dan
kadang terputus karena proses berpikir beliau sepertinya lebih cepat
dibandingkan kecepatan berbicara dalam menyampaikan sesuatu).. ia melanjutkan
pembicaraannya;
Dik,
hari ini persis 600 hari saya ditinggal Ainun.......dan hari ini persis 597
hari Garuda Indonesia menjemput dan memulangkan ibu Ainun dari Jerman ke tanah
air Indonesia.
Saya
tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih melalui surat..... saya menunggu
hari baik, berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mencari momen yang tepat
guna menyampaikan isi hati saya. Hari ini didampingi anak saya Ilham dan
keponakan saya, Adri maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar
Habibie mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia
telah mengirimkan sebuah Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman dan
memulangkan ibu Ainun ke tanah air bahkan memakamkannya di Taman Makam
Pahlawan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami sekeluarga. Sekali lagi,
saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Garuda Indonesia.
Seluruh
hadirin terhenyak dan saya tak kuasa lagi membendung air mata.......
Setelah
jeda beberapa waktu, pak Habibie melanjutkan pembicaraannya;
Dik,
sebegitu banyak ungkapan isi hati kepada Ainun, lalu beberapa kerabat
menyarankan agar semua tulisan saya dibukukan saja, dan saya menyetujui...
Buku itu
sebenarnya bercerita tentang jalinan kasih antara dua anak manusia. Tak ada
unsur kesukuan, agama, atau ras tertentu. Isi buku ini sangat universal, dengan
muatan budaya nasional Indonesia. Sekarang buku ini atas permintaan banyak
orang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain Inggris, Arab,
Jepang..... (saya lupa persisnya, namun pak Habibie menyebut 4 atau 5 bahasa
asing).Sayangnya buku ini hanya dijual di satu toko buku (pak Habibie menyebut
nama satu toko buku besar), sudah dicetak 75.000 eksemplar dan langsung habis.
Banyak orang yang ingin membaca buku ini tapi tak tahu dimana belinya. Beberapa
orang di daerah di luar kota besar di Indonesia juga mengeluhkan dimana bisa
beli buku ini di kota mereka.
Dik,
asal you tahu, semua uang hasil penjualan buku ini tak satu rupiahpun untuk
memperkaya Habibie atau keluarga Habibie. Semua uang hasil penjualan buku ini
dimasukkan ke rekening Yayasan yang dibentuk oleh Habibie dan ibu Ainun untuk
menyantuni orang cacat, salah satunya adalah para penyandang tuna netra.
Kasihan mereka ini sesungguhnya bisa bekerja dengan nyaman jika bisa melihat.
Saya
berikan diskon 30% bagi pembeli buku yang jumlah besar bahkan saya tambahkan
lagi diskon 10% bagi mereka karena saya tahu, mereka membeli banyak buku pasti
untuk dijual kembali ke yang lain.
Sekali
lagi, buku ini kisah kasih universal anak manusia dari sejak tidak punya
apa-apa sampai menjadi Presiden Republik Indonesia dan Ibu Negara. Isinya
sangat inspiratif.”
Sebagian
Karya beliau dalam menghitung dan mendesain beberapa proyek pembuatan pesawat
terbang:
* VTOL (
Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31.
* Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
* Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
* Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
* CN – 235
* N-250
* dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:
· Helikopter BO-105.
· Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
· Beberapa proyek rudal dan satelit.
* Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
* Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
* Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
* CN – 235
* N-250
* dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:
· Helikopter BO-105.
· Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
· Beberapa proyek rudal dan satelit.
Sebagian
Tanda Jasa/Kehormatannya :
* 1976 -
1998 Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara/ IPTN.
* 1978 - 1998 Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
* Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi / BPPT
* 1978 - 1998 Direktur Utama PT. PAL Indonesia (Persero).
* 1978 - 1998 Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam/ Opdip Batam.
* 1980 - 1998 Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan (Keppres No. 40, 1980)
* 1983 - 1998 Direktur Utama, PT Pindad (Persero).
* 1988 - 1998 Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis.
* 1989 - 1998 Ketua Badan Pengelola Industri Strategis/ BPIS.
* 1990 - 1998 Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-lndonesia/lCMI.
* 1993 Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar.
* 10 Maret - 20 Mei 1998 Wakil Presiden Republik Indonesia
* 21 Mei 1998 - Oktober 1999 Presiden Republik Indonesia.
* 1978 - 1998 Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
* Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi / BPPT
* 1978 - 1998 Direktur Utama PT. PAL Indonesia (Persero).
* 1978 - 1998 Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam/ Opdip Batam.
* 1980 - 1998 Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan (Keppres No. 40, 1980)
* 1983 - 1998 Direktur Utama, PT Pindad (Persero).
* 1988 - 1998 Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis.
* 1989 - 1998 Ketua Badan Pengelola Industri Strategis/ BPIS.
* 1990 - 1998 Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-lndonesia/lCMI.
* 1993 Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar.
* 10 Maret - 20 Mei 1998 Wakil Presiden Republik Indonesia
* 21 Mei 1998 - Oktober 1999 Presiden Republik Indonesia.
Itulah
sekelumit kisah tentang biografi B.J Habibie, banyak hal menarik dan inspiratif
yang bisa dipetik dari kisah perjuangan beliau bersama dengan istrinya, Nyonya
Ainun Habibie. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan berguna bagi pembaca
sekalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar