2013-01-07

Migrasi Unik Penyu Hijau


Organisasi WWF membuat penelitian menarik tentang pola migrasi penyu hijau (Chelonia mydas) . Hasilnya, jalur migrasi penyu hijau itu meliputi Pantai Sukamade, Taman Nasional Meru Betiri, (Jember) menuju daerah pesisir pantai Kimberley-Pilbara, Australia. Penelitian itu dilakukan dengan memasang penjejak satelit pada tubuh penyu yang diberi nama Ana.
Penjejakan dimulai 26 November 2008. Ana diketahui memulai perjalanan menyusuri perairan dangkal Samudra Indonesia dari pantai petelurannya di Sukamade menuju ke Bali, Lombok, dan Sumbawa yang akhirnya berbelok ke arah selatan menuju pantai Kimberley di Australia bagian barat.
Perjalanan Ana yang diawasi melalui satelit WWF ini memberikan gambaran tentang keterikatan lingkungan yang kuat antara perairan Indonesia dan perairan Australia Barat.
”Perjalanan Ana sangat unik sekali. Ana membuka tabir ’jalan bebas hambatan’ di perairan Samudra Indonesia yang sangat membantu ilmuwan memahami bagaimana penyu melakukan navigasi di lautan serta bagaimana mereka mampu menjelaskan keterikatan ekologi dan evolusi bagi Indonesia dan Australia bagian barat,” ujar Gilly Llewellyn, Pimpinan Program Kelautan WWF-Australia.


Jalur migrasi Ana setelah bertelur Sukamande (Jember)
”Penemuan baru ini kembali mempertegas ekosistem pesisir Kimberley sebagai bagian dari ekosistem Segitiga Karang yang ada di sisi utara, sebuah lokasi pusat biodiversitas lautan dunia yang menjadi perlintasan dan menjadi tempat perkembangbiakan berbagai macam jenis paus, penyu, lumba-lumba, dan spesies lautan lainnya,” tambah Gilly.
Segitiga Karang meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan Timor Leste yang menjadi rumah bagi 6 dari 7 jenis penyu yang ada di dunia. Penyu-penyu tersebut adalah penyu Hijau, penyu Lekang, penyu Sisik, penyu Tempayan, penyu Pipih, dan penyu Belimbing.
”Laut tropis di daerah Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle) memainkan peranan penting bagi bumi. Penentu kebijakan perlu memahami peranan tersebut dalam rangka perlindungan ekosistem Segitiga Karang, serta juga memikirkan jutaan masyarakat yang bergantung dan hidup dari ekosistem tersebut,” lanjut Gilly.
Program Coral Triangle Network Initiative oleh WWF sekarang sedang berlangsung untuk memastikan keberlanjutan ekosistem Coral Triangle dalam menghadapi ancaman oleh manusia di Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik.
Kegiatan konservasi kelautan WWF mengikutsertakan pembangunan jejaring Kawasan Perlindungan Laut untuk memastikan perlindungan dan konservasi ekosistem laut dan memastikan kegiatan perikanan dilakukan secara berkelanjutan. Aktivitas tersebut meliputi pengurangan tangkapan sampingan terhadap spesies-spesies laut bukan target, misalnya penyu, yang dilakukan oleh perusahan perikanan di lautan Indo-Pasifik.
Creusa Hitipeuw, Pimpinan Program Penyu WWF-Indonesia menambahkan “Kunjungan penyu Hijau Indonesia ke Australia ini merupakan kali kedua yang dipantau sejak sekitar setahun lalu. Penyu hijau pertama berhasil diamati dengan penjejak satelit dari pantai yang sama, Sukamade, menuju pesisir barat Australia. Kunjungan kali kedua ini mempertegas titik terang ’hubungan’ baik dari dua habitat tersebut oleh populasi penyu hijau. Selayaknya kerja sama dua negara tersebut dapat digalakkan lebih baik dalam rangka proteksi habitat dan spesies penyu tersebut.”

Penyu Sisik Semu atau penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) bernama Dwi juga jadi obyek penelitian pola migrasi
Secara global, sebanyak ratusan ribu penyu tertangkap setiap tahunnya di mata kail dan jaring dari kegiatan penangkapan ikan. Sedangkan pantai peteluran juga mengalami tekanan sebagai dampak pembangunan industri yang tidak memperhatikan aspek lingkungan, aktivitas manusia di pantai, serta pemanasan global.

Sumber: WWF Indonesia dan http://demibumi.wordpress.com/2009/01/02/migrasi-unik-penyu-hijau/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar